- Kucica hutan ( Murai )
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kucica hutan (Copsychus malabaricus), juga dikenal sebagai Murai batu merupakan burung pengicau yang keadaanya terancam akibat perburuan. Termasuk ke dalam famili Muscicapidae atau burung cacing. Tersebar di seluruh pulau Sumatra,Semenanjung Malaysia, dan sebagian pulau Jawa. Beberapa pakar menganggap ras dari Kalimantan Utara Kucica Alis-putih(Copsychus malabaricus stricklandii) sebagai spesies tersendiri.
Di habitat aslinya Kucica Hutan atau sering di sebut Burung murai batu cenderung memilih hutan alam yang rapat atau hutan sekunder. Murai batu merupakan kelompok burung yang dikenal sebagai teritorial dan sangat kuat dalam mempertahankan wilayahnya (Thruses). Burung murai batu memiliki suara kicauan yang bagus sehingga mendapat penghargaan terbaik atas nyanyian nya yang sangat indah pada tahun 1947 (The Best Song Birds – Delacour, 1947). Burung murai batu merupakan kelompok burung yang di gemari di kalangan para pecinta kicauan karena memiliki suara atau spesifikasi kicauan yang sangat baik.
Untuk daerah Sumatra khususnya, banyak sekali di temukan burung jenis murai batu, seperti burung murai batu aceh, burung murai batu medan , burung murai nias dan murai batu lampung.
Penyebaran burung Murai Batu di Pulau Jawa saat ini sangat terbatas dan hanya di temukan di beberapa tempat yang berhutan, seperti di tempat-tempat konservasi atau tempat wisata alam contohnya seperti Taman Nasional Ujung Kulon danTaman Nasional Meru Betiri dan Hutan Wisata Pananjung Pangandaran.
Ciri morfologis
Memiliki tubuh hampir seluruhnya hitam, kecuali bagian bawah badan berwarna merah cerah hingga jingga kusam. Terdapat sedikit semburat biru di bagian kepala. Ekor panjang ditegakkan dalam keadaan terkejut atau berkicau. Badan berukuran 14-17 cm.
Memiliki tubuh hampir seluruhnya hitam, kecuali bagian bawah badan berwarna merah cerah hingga jingga kusam. Terdapat sedikit semburat biru di bagian kepala. Ekor panjang ditegakkan dalam keadaan terkejut atau berkicau. Badan berukuran 14-17 cm.
Untuk perbedaan jenis kelamin pada burung jantan dan betina memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan perbedaan yang sangat jelas antara betina dan pejantan bisa di lihat secara fisik, untuk jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar di banding dengan betina dan untuk suara yang di hasilkan burung pejantan jauh lebih keras dan bervariasi di banding dengan betina.
- Kucica Kampung ( Kacer )

-
Kucica ekor-kuning
Kucica ekor kuning adalah sebuah spesies burung
dalam keluarga Muscicapidae. Burung ini dapat ditemukan di Brunei,Indonesia, Malaysia,
dan Thailand. Habitat alaminya yaitu di hutan dataran rendah yang
lembab dan rawa-rawa di daerah subtropis atau tropis. Burung ini merupakan
fauna daerah Aceh yang dikenal dengan nama cémpala
kunèng dalam bahasa Aceh. Saat ini burung ini
berstatus hampir terancam.
Penyebaran
Burung ini tersebar di Semenanjung Thailand,
Semenanjung Malaya, Brunei dan Indonesia.
Di Indonesia burung ini hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan.
Deskripsi
Burung ini berukuran sedang (21 cm), berekor panjang
hitam dan jingga. Jantan menyerupai kucica hutan tetapi
ekornya yang merah karat jauh lebih pendek, lebih banyak berwarna abu-abu gelap
daripada hitam, alis pendek putih dan tunggir merah karat. Betina lebih coklat
dan tidak punya alis putih. Burung remaja lebih coklat berbintik-bintik kuning
merah karat. Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam.
Kicauannya tidak semerdu kucica hutan. Seri panjang
terdiri dari siulan merdu, nada tunggal dan ganda, “pi-uuu”, meningkat dan
menurun bergantian secara tidak tetap
Tempat hidup
Burung yang tidak umum dijumpai di kerimbunan hutan primer
dan sekunder dataran rendah sampai ketinggian 1200 mdpl. Lebih menyukai hutan
lembab rimbun termasuk hutan rawa


- Kucica Kampung ( Kacer )
Kucica kampung (bahasa Latin: Copsychus saularis) adalah burung pengicau kecil yang sebelumnya dikelompokkan sebagai anggota keluarga Turdidae (murai), tetapi kini dianggap sebaagi anggota Muscicapidae. Burung ini berwarna hitam dan putih dengan ekor yang panjang. Ekornya terangkat ke atas jika mereka sedang mencari makanan di tanah atau kadang ketika sedang bertengger. Burung ini banyak ditemukan di daerah Asia Selatan dan Asia tenggara. Di Indonesia burung ini mulai langka karena penangkapan yang berlebihan untuk dipelihara.
Nama Lain dari Kucica Kampung adalah kacer, Burung ini suka menjelajah di berbagai lingkungan yang kecepatan terbangnya bisa mengungguli kerabatnya murai batu. bahkan dari burung berbulu hitam,berekor panjang seperti lidi. Burung kacer banyak mendiami dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.bahkan tidak jarang ada yang terlihat di perumahan penduduk.
Di jawa tengah dan jawa timur,burung bertubuh gempal ini di kenal dengan sebutan srintil. burung kacer terbilang sangat aktif mencari makan.mulai dari pohon kelapa,randu,pisang atau ranting pohon kering.burung ini terlihat sendiri.akan tetapi akan selalu bersama pasanganya pada saat musim kawin.
Nama Lain dari Kucica Kampung adalah kacer, Burung ini suka menjelajah di berbagai lingkungan yang kecepatan terbangnya bisa mengungguli kerabatnya murai batu. bahkan dari burung berbulu hitam,berekor panjang seperti lidi. Burung kacer banyak mendiami dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.bahkan tidak jarang ada yang terlihat di perumahan penduduk.
Di jawa tengah dan jawa timur,burung bertubuh gempal ini di kenal dengan sebutan srintil. burung kacer terbilang sangat aktif mencari makan.mulai dari pohon kelapa,randu,pisang atau ranting pohon kering.burung ini terlihat sendiri.akan tetapi akan selalu bersama pasanganya pada saat musim kawin.
- Seychelles magpie-robin
The Seychelles magpie-robin (Copsychus
sechellarum) is a medium-sized endangered bird from the granitic Seychelles in
the Indian Ocean.
This species of magpie robin is approximately
25 cm (9.8 in) in length. It has a glossy coal-black plumage with a
white-colored bar on each wing. It is considered a long-lived species whose
lifespan is over 15 years of age. Its habitat is woodlands, plantations and the
vicinity of gardens. Their range on the island of Fregate was limited by the
area of open ground with leaf litter.
Historically it is
believed to have existed on most of the granitic Seychelles islands.
Destruction of habitat and introduced predators (domestic cats and rats)
greatly reduced its numbers. By 1970, it was on the brink of extinction with
only 16 individuals remaining, all on Frégate
Island. Over the next two decades it had managed to stave off
extinction, but its population in 1990 was still only 21 individuals. In 1990 BirdLife International began
preservation efforts to save the magpie robin. Birds were transferred to Cousin in
1994 and to Cousine in 1995. Further transfers followed to Aride
Island in 2002 and Denis Island in 2008.
No comments:
Post a Comment